Sabtu, 29 Desember 2012

SAR dan ESAR bag. 1

Sebelumnya telah diuraikan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan, khususnya di gunung hutan. Hal yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah kegiatan SAR (Search and Rescue=mencari dan menolong). Kegiatan SAR sudah banyak dikenal, baik SAR di udara, di laut, dan di darat.
Tujuan SAR adalah mencari dan menolong dengan cara efektif dan efisien, jiwa manusia dan sesuatu yang berharga yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan (distress). Dengan demikian kegiatan SAR dalam pelaksanaannya haruslah cepat, cermat, dan cekatan (3C).

Anggota unit SAR harus dapat :
•Berpikir dan bertindak cepat sesaat setelah mendengar berita kecelakaan atau kehilangan.
•Membuat strategi dengan cermat, artinya dengan persiapan dan perhitungan yang matang, berdasar dan terkoordinasi.
•Melaksanakan strategi yang telah dibuat dengan cekatan dan dengan teknik yang terlatih serta kedisiplinan tinggi.
Masih sering kita dengar mengenai pelaksanaan SAR gunung hutan di Indonesia yang kurang berhasil, yaitu tidak berhasilnya menolong korban (survivor) dalam keadaan hidup. Hal yang dapat menghambat keberhasilan misi SAR adalah tidak ada/kurangnya faktor 3 C tersebut, misal :
•Keterlambatan atau kurangnya informasi, sementara kemampuan korban untuk bertahan hidup semakin menurun.
•Kurangnya komunikasi dan koordinasi, baik perorangan ataupun antar kelompok, khususnya pecinta alam, pendaki gunung, dan instansi yang bergerak dalam bidang ini yang kebetulan tergabung dalam misi SAR tertentu.
•Kekurangan/ ketidak seragaman pengetahuan dan pemahaman tentang SAR pada setiap kelompok.
•Kurang disiplin dan tanggung jawab, baik individu maupun kelompok dalam melaksanakan “aturan main” di dalam melakukan kegiatan SAR tersebut serta keseragaman/kesepakatan sistem pencarian.
Organisasi SAR di indonesia, sesuai dengan Keppres No.11 tahun 1972, sebelum dibentuk untuk penanganan SAR penerbangan dan pelayaran. Akan tetapi sebelum kegiatan di alam terbuka mulai banyak digiati, maka sangat perlu adanya SAR darat sehingga secara organisasi SAR ini dapat terbentuk dan berfungsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

Organisasi operasi SAR ini tidak harus di bawah koordinasi dari unsur-unsur di dalam organisasi SAR pemerintahan tetapi dapat saja dikoordinasikan pejabat yang mempunyai wewenang (misalnya dalam penguasaan daerah, mempunyai fasilitas-fasilitas, dan sebagainya) seperti Pangdam, Kapolres, Kapolda, dan lainnya. Jadi organisasi SAR ini bersifat temporer (dibentuk dan dibubarkan sesuai kebutuhan, pada saat misi SAR dimulai, berlangsung, dan selesai) dan organisasi SAR inilah yang sekarang dipergunakan pada operasi SAR darat (khususnya di Indonesia).

ORGANISASI SAR
Organisasi SAR yang Dikenal di Indonesia.
•BASARNAS (Badan SAR Nasional); Dibawah koordinasi DEPT. Perhubungan.
•KKR (Kantor Koordinasi Rescue) : ada 4 Lokasi (Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan Biak).
•SKR (Sub Koordinasi Rescue) : ada 15 daerah antara lain ( Medan, Padang, Tanjung Pinang, Pontianak, Denpasar, Menado, Banjarmasin, Kupang, Ambon, Balikpapan, Merauke, Jaya Pura).
Organisasi Operasi SAR
Struktur yang dibuat ketika terjadinya suatu misi SAR ( Insidentil ), dan akan dibubarkan setelah misi selesai.
•SC (SAR Coordinator); Biasanya pejabat pemerintahan yang mempunyai wewenang dalam penyediaan fasilitas.
•SMC (SAR Mission Coordinator) : Harus orang mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam menentukan MPP (Most Probable Position), menentukan area pencarian, strategi pencarian (beberapa unit, teknik, dan fasilitasnya).
•OSC (On Scene Commander); Tidak mutlak ada tetapi juga bisa lebih dari satu tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan jangkauannya.
•SRU (Search And Rescue Unit).; Adalah yang menjadi ujung tombak suatu pencarian, merupakan team-team yang melakukan pencarian di lapangan.
Tugas SMC
1. Menganalisa data yang masuk/diperoleh untuk :
•menentukan datum (MPP)
•menentukan daerah pencarian
•menentukan jumlah unsur yang dipakai
•memperkirakan berapa lama waktu operasi.

2. Melakukan koordinasi dengan semua unsur yang terlibat serta melayani hubungan koordinasi (misalnya dengan pejabat-pejabat,wartawan, dan lain-lain).
3. Menyesuaikan fasilitas logistik yang diperlukan SRU.

Sistem SAR
Ada 5 tahapan dalam operasi SAR :
1.Awarness Stage (Tahap Kekhawatiran)
Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul (saat disadarinya terjadi keadaan darurat / musibah).
2.Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan / Preliminary Mode).
Adalah persiapan untuk menyiagakan fasilitas SAR dan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, antara lain :
•Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat.
•Menyiapkan fasilitas SAR.
•Pencarian awal dengan komunikasi (Preliminary Communication Check / Precom).
•Perluas pencarian dengan komunikasi (Extended Communication Check / Excom).
3. Planning Stage (Tahap Perencanaan / Confinement Mode).
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain :
•Search Planning Event (tahap Perencanaan Pencarian).
•Search Planning Sequence (urutan Perencanaan Pencariaan).
•Degree of Search Planning (tingkatan Perencanaan Pencarian).
•Search Planning Computating (Perhitungan Perencanaan Pencarian).

4.Operation Stage (tahap Operasi).
Detection Mode / Tracking Mode And Evacuation Mode
Yaitu dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi ini meliputi :
•Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
•Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui, yang diperkirakan ditinggalkan suvivor (Detection Mode).
•Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking Mode).
•Menolong / menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode). Dalam hal ini yaitu memberikan perawatan gawat darurat kepada korban yang membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).
•Mengadakan briefing kepada SRU.
•Mengirim / memberangkatkan fasilitas SAR.
•Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
•Melakukan pergantian / penjadwalan SRU di lokasi kejadian.
5. Mission Conclution Stage (Tahap Akhir Misi).
Pada tahap ini dilakukan :
•Evaluasi hasil kegiatan
•Pengembalian unsur-unsur kepada satuannya masing-masing.
•Penyiagaan kembali (agar setiap unsur tetap siap bergerak setiap saat).
Komponen-komponen yang mendukung tahapan-tahapan di atas :
1.Organisasi; Merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur, koordinasi, komando, dan pengendalian, kewenangan, lingkup penegasan, dan tanggung jawab untuk penanganan suatu musibah.
2.Fasilitas; Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan, serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam misi SAR.
3.Komunikasi; Adalah komponen penyelenggara komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando, dan pengendalian operasi, membina kerja sama / koordinasi selama SAR berlangsung.
4.Emergency Care (perawatan gawat darurat); Adalah komponen penyediaan fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara termasuk memberikan dukungan terhadap korban di tempat musibah sampai ke tempat yang lebih memadai.
5.Dokumentasi; Adalah komponen pendataan laporan dari kegiatan, analisa, serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR, serta untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan-kegiatan misi SAR yang akan datang.
Perencanaan
Pada tahap ini dituntut suatu persiapan perencanaan yang efektif (termasuk koordinasi). Pelaksanaannya adalah daerah gerak (Confinement Mode) yang merupakan daerah pencarian.

1. Search Planning Event (Tahap Perencanaan Pencarian).
Ada 5 tahapan pencarian yang berurutan, yaitu :
•Memperkirakan datum atau MPP (Most Probable Position).
•Menentukan luas area pencarian (Search Area).
•Memilih pola pencarian yang sesuai (Search Pattern).
•Menentukan pencakupan daerah yang diinginkan (Area Coverage).
•Mengembangkan perencanaan pencarian yang mungkin dilaksanakan dengan menggunakan unit pencari (SRU) yang ada.
2. Search Planning Sequence (Urutan Perencanaan Pencarian).
Secara umum urutan perencanaan pencarian adalah sebagai berikut :
•Menentukan posisi kejadian darurat dan mempertimbangkan pengaruh angin, arus air, dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap gerakan korban sejak waktu kecelakaan terjadi sampai tibanya unit pencari di tempat kejadian.
•Menentukan luas area pencarian untuk kemungkinan kesalahaan navigasi dari unit pencari dan kesalahan perhitungan dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap survivor.
•Memilih pola pencarian terbaik yang akan digunakan, dalam hal ini yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat kejadian kecelakaan tersebut.
•Tipe dari Search Target yang dicari, dipertimbangkan dari jarak berapa target itu dapat dideteksi dengan alat sensor yang dimiliki unit pencari. Lebar penyapuan (sweep width) dan jarak jalur (search track spacing) harus diperhitungkan dan ditentukan untuk perkiraan kemampuan pendeteksian (Probability of Detection).
•Jumlah SRU yang tersedia dan keterbatasan pada faktor-faktor lain juga diperhitungkan (bila dianggap perlu) untuk mengembangkan perencanaan pencarian agar dapat melengkapi atau mengatasi suatu keadaan tertentu yang mungkin muncul.
Catatan :
SMC berkoordinasi dengan semua unsur-unsur yang terlibat dan memberikan pengarahan kepada Unit Pencari dan Penolong (SRU) yang di bawah koordinasi aksi pencariannya.

3. Tingkatan Perencanaan Pencarian (Degree of Search Planning)
Secara umum tingkatan dari perencanaan pencarian ini membutuhkan pertimbangan, sebagai berikut :
•Keadaan lingkungan alam dari insiden SAR itu.
•Ketepatan pelaporan posisi dari insiden.
•Dapat / tidaknya unit SAR yang terlatih / tersedia digunakan.
•Waktu yang terlewat sejak kecelakaan terjadi.
Keadaan lingkungan alam dari suatu insiden SAR menimbulkan faktor-faktor spesifik yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pencarian
Contoh :
Untuk suatu misi yang dilakukan di laut, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerak survivor (survivor drift factor) yang akan masuk perhitungan tetapi hanya satu faktor saja yang mungkin dimasukkan bila misi ini dilakukan didaerah gunung sehingga :
•Apabila posisinya diketahui, perencanaan pencarian dapat dikatakan relatif sederhana.
•Apabila hanya arah tujuan yang diketahui, perencanaan pencarian akan lebih sulit.
•Apabila hanya gambaran-gambaran kasar yang diketahui, perencanaan pencarian akan menjadi sangat sulit.
Bagaimanapun tepatnya lokasi suatu kecelakaan diketahui, perencanaan pencarian akan selalu dibutuhkan. Mungkin hal itu direncanakan hanya dalam waktu singkat tetapi dengan pertimbangan-pertimbangan profesional untuk keseluruhan tahapan atau memerlukan waktu sampai beberapa jam dengan evaluasi yang berkesinambungan, perhitungan-perhitungan, pertimbangan-pertimbangan besar kecilnya faktor yang berpengaruh, dan koordinasi yang terus menerus sebelum satu SRU pun diberangkatkan.

4. Perhitungan Perencanaan Pencarian (Search Planning Computating)
Perhitungan itu meliputi :
• Lokasi insiden SAR (SAR Incident Location)
Tiga situasi yang mungkin timbul yang perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi dari insiden SAR adalah :
• posisi diketahui
• jalan lintas diketahui
• area diketahui.

Definisi definisi yang digunakan dalam Perencanaan Pencarian :
1. Initial Location (Lokasi Antara).
Lokasi antara yang dimaksud dapat berupa :
•Aerospace Position (posisi di angkasa)
•Parachute Opening Position (posisi parasut mengembang)
•Surface Position (posisi di permukaan bumi)
•Under Water Position (posisi di bawah permukaan air)
•Dalam hal ini hanya akan disinggung lokasi antara pada permukaan bumi (di darat).
2. Definisi Datum dan Drift Datum.
•Datum adalah kemungkinan lokasi dari search object melalui koreksi dari drift pada banyak arah gerakan yang penting selama misi berlangsung. Ada tiga tipe datum yang mungkin berkembang bergantung pada bagaimana ketepatan lokasi antara dari search object itu diketahui, yaitu datum point, datum line, dan datum area.
•Drift adalah gerakan yang terarah dari search object yang disebabkan oleh momentum, helaan, angin, dan kekuatan-kekuatan lain.
•Datum Point (titik Datum) adalah titik yang dinyatakan apabila posisi antara dari search object diketahui. Perlu diperhatikan catatan waktu tertentu menurut jam (clock time).
•Datum Line (Garis Datum) adalah garis yang menghubungkan dua atau lebih titik datum, diperhitungkan pada waktu (jam) tertentu yang sama.
•Datum Area (Daerah Datum) adalah lokasi search object diperkirakan. Daerah Datum paling sering dibutuhkan apabila tidak diketahui posisi atau jalur lintasan.
Langkah langkah Perhitungan Perencanaan Pencarian.
Langkah pertama dalam perencanaan pencarian adalah menentukan datum, yang dimulai dari laporan suatu insiden SAR. Laporan ini bisa berupa posisi, jalur lintasan, atau area. Langkah berikutnya adalah koreksi drift.
• Pola-pola Pencarian (Search Pattern).
Setelah lokasi dan luas Search Area ditentukan, suatu pencarian yang sistematis terhadap target haruslah direncanakan.
Pemilihan pola-pola pencarian bergantung pada beberapa faktor, antara lain :
•Ketepatan datum
•Luas search area
•SRU yang dapat digunakan untuk pencarian
•Kemampuan SRU untuk dapat bergerak dan bernavigasi
•Kondisi cuaca dan medan di search target
•Besarnya / ukuran search target
•Alat-alat yang dimiliki survivor, yang mudah dideteksi
•Dan faktor-faktor lain yang diperkirakan perlu untuk diperhitungkan.
Tahap Operasi SAR
Operasi SAR sangat berhubungan dengan kendala waktu. Ada empat faktor yang sangat berhubungan dengan waktu dan masing-masing saling mempengaruhi karena proses ini merupakan sebuah urutan.
Keempat tahap tersebut, yaitu :
1.Pencarian korban; Pertolongan dapat segera dilakukan apabila telah ditemukan. Lokasi korban dapat diketahui atau diperkirakan. Tahap pencarian dapat diketahui dalam sekejap dengan Binokular, atau berhari-hari bila berupa perkiraan di sebuah jalur pendakian namun “entah dimana”. Tahapan ini dalam SAR disebut search, sedang tim pencari biasa disebut SRU.
2.Pencapaian ke korban; Tahap ini dapat memakan waktu pendakian hanya lima menit (mendaki bukit), beberapa jam (menuruni lereng curam), beberapa hari (mengikuti jalur pendakian dengan sejumlah advance camp).
3.Penanganan awal pada korban; Penanganan PGD pada sejumlah luka korban memberi kenyamanan pada korban dan menyiapkan korban untuk dievakuasi dengan selamat. Cedera dapat bersifat potensial (Hipotermi, Hipoglekemi, Dehidrasi) dan bersifat aktual (patah tulang paha, pendarahaan dalam, atau ketakutan).
4.Evakuasikan korban; Tahap ini dapat berlangsung sederhana dan sebentar (membimbing korban turun di jalur setapak) atau sangat sulit dan lama (mengambil korban dari atas batu di tengah jeram pada sungai yang banjir, menuruni korban dari tebing 600 meter).
Pelaksanaan operasi SAR dapat berupa :
1.Operasi pencarian tanpa operasi pertolongan (karena korban tidak ditemukan).
2.Operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (karena lokasi sudah ditemukan / dilaporkan dengan pasti).
3.Operasi pencarian dilanjutkan dengan operasi pertolongan.

Ketika operasi dimulai, maka ada 8 tahapan kegiatan yang harus dilakukan, yaitu :
1.Briefing pencarian.
2.Pemberangkatan SRU.
3.Perjalanan SRU menuju daerah pencarian.
4.Pelaksanaan pencarian.
5.Bila menemukan sasaran.
6.Apabila perlu adanya pergantian SRU.
7.Penarikan SRU ke pangkalan.
8.Briefing ulang (debriefing) SRU.
Semua hal tersebut harus diketahui oleh setiap SRU.
Briefing pada operasi pencarian dilakukan oleh SMC dan sebaiknya digunakan check list sebagai berikut :
Situasi
•Keadaan darurat / distress
•Sasaran pencarian
•Data terperinci
•Posisi akhir yang diketahui
•Peralatan survivor yang dibawa
•Perkiraan keadaan
•SRU yang terlibat
Cuaca
•Pada saat musibah terjadi
•Saat pencarian akan dilakukan (selama di lokasi pencarian)
•Ramalan cuaca (dalam perjalanan dan di lokasi pencarian)
•Bahaya / ancaman dari keadaan cuaca yang dihadapi
Areal Pencarian
•Luas area yang akan diliput
•Tanda – tanda
•Ukuran
•Sumbu utama gerak pencarian
•Titik awal pencarian (CSP – Commence Search Point)
•Bahaya dari keadaan medan yang akan dihadapi
Pola Pencarian
•Penjelasan pola
•Track spacing
•Ketinggian pencarian
•Kemungkinan menemukan (POD)
•Ketepatan navigasi
•Variasi dari POD dan pencarian
•Kecepatan
Pada OSC, penjelasan seperti dibriefing dilengkapai dengan keterangan, antara lain :
•Jam tiba di daerah pencarian
•Komunikasi yang tersedia di lokasi
•Kecepatan SRU yang ditugaskan
•Kemampuan bertahan di lokasi
•Titik tolak dari daerah yang dikehendaki
Operasi SAR tidak berakhir setelah ditemukannya korban, tetapi sampai korban diselamatkan. Operasi pertolongan atau penyelamatan (rescue operation) mungkin dapat terjadi bersamaan dengan operasi pencarian (search operation) yang belum berakhir


Pola –pola Pencarian
Ada 8 kelompok utama pola pencarian, yaitu :
1.Track line
2.Parallel
3.Creeping line
4.Square
5.Sector
6.Contour
7.Flare
8.Homing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar