Senin, 21 Juni 2010

Ilmu Penaksiran

Pendahuluan
Dalam suatu perjalanan, terkadang kita dihadapkan pada suatu keadaaan yang mengharuskan untuk menaksirkan terlebih dahulu kondisi medan yang akan dihadapi. Maksudnya agar saat melewati medan tersebut kita tidak terjebak dalam kesulitan. Misalnya, sebelum menyeberangi sungai, kita harus menaksir lebar sungai, kedalaman, serta kecepatan arusnya. Peramalan bentuk awan, suara deburan pantai, bau-bauan yang berbahya, dll. Hasil penaksiran yang didapat tentu saja tidak tepat benar. Ketelitian hasil penaksiran akan tergantung dari kecermatan dan pengalaman.
Penaksiran
Adalah proses mengetahui sejumlah hal di alam melalui panca indera, anggota tubuh, dan pengalaman, terkadang dengan bantuan alat yang minimal.
Panca Indra
Rasa : membedakan manis, asin, asam, kecut atau kombinasi (tawar, payau, asin, asam)
Cium : mendeteksi sejumlah wewangian seperti harum, busuk, tengik, anyir atau kombinasinya (ular, macan, babi, pantai, mayat)
Dengar : mengartikan dengungan suara yang dapat terjangkau oleh telinga (debur ombak, suara air terjun, riam, kesunyian)
Raba : mengartiakan sentuhan-sentuhan kulit terhadap alam sekitar (dingin, kasar, halus, kesat atau kombinasinya)
Lihat : mengartikan cahaya dari sumber cahaya tersebut (siluet, awan, gerak air)
Anggota Tubuh
1. Bagian-bagian tubuh sendiri :
- panjang rentang tangan
- panjang jengkal jari
- lebar langkah kaki
- panjang telapak kaki
- tinggi badan (bediri atau jongkok)
- kecepatan jalan, setengah lari, lari
- berat badan
- dll
2. Benda-benda yang dibawa dalam perjalanan ; ukuran syal, sabuk, dll.
3. Hal-hal yang dapat dijadikan standar :
- jarak tiang listrik, jarak tanaman pohon karet, dll.
Dari pengalaman, yang paling berguna adalah :
a. jumlah langkah biasa dalam 10 m : penaksiran jarak yang panjang, lebar
b. Jarak jengkal : penaksiran panjang sebuah ranting, tali, bunga
c. Panjang telapak kaki : panaksiran jarak yan pendek
d. Tinggi badan : penaksiran tinggi
e. Berat badan : peraksiran berat barang
Pengalaman
Makin sering kita memakai penaksiran selama di medan maka kita akan mempunyai semacam’sense’. Contohnya bila sudah biasa ditebing, tak perlu penaksiran lagi dengan bantuan tinggi badan. Sudah terbayang di pikiran dan rasa : 100 meter itu segitu !!
Alat Bantu minimal
Alat Bantu ini adalah alat Bantu yang ‘instan’ tersedia kala itu. Kiat penaksiran adalah mau perfikir dua kali dari sudut pandang yang berbeda. Agar hasil penaksirannya mendekati akurat.
Teknik-teknik Penaksiran Medan
1. Menaksir Lebar Sungai
a. Lebar sungai tenang atau danau
Caranya :
- jatuhkan benda berat (misalnya batu) ke air.
- Perhatikan riak air yang berjalan menuju titik C, dan perhatikan titik B, yaitu riak yang sama saat riak air yang menyentuh titik C.
- Ukur jarak AB. Lebar sungai = AB

b. Lebar sungai berarus (selain cara 1)
Mengukur lebar sungai dengan bantuan topi
Caranya :
- Atur posisi ujung topi sehingga mata dapat melihat titik C (seberang sungai) tepat diujung topi D. posisi kepala tetap tegak.
- Putarkan kepala kita sehingga titik D akan satu garis dengan titik B. titik B harus tetap di tepi sungai.
- Ukurlah jarak AB. Lebar sungai = AB

Mengukur lebar sungai dengan bantuan kacu segi tiga
Caranya :
- Tentukan titik A (tempat kita berada)
- Berjalan dari A kearah B sampai terjadi sudut AB-BX = 450. pengukuran sudut 450 dengan memanfaatkan sudut kacu.
- Ukur AB . lebar sungai =AB

Mengukur lebar sungai dengan ilmu ukur segi tiga
Caranya
- Tentukan titk X yang dapat ditandai di seberang.
- Tentukan titik A di pinggir kita berada (tepat berseberangan dengan X)
- Berjalan sepanjang pinggir sungai (lurus) sejauh AB (bebas jauhnya). Tandai titik B.
- Berjalan lagi sejauh BC. Jarak BC = AB
- Berjalan arah CD (tegak lurus AC), sampai titik-titik D,B,X terhubungkan berupa garis lurus.
- Ukur panjang CD. Lebar sungai = CD

2. Menaksir tinggi permukaan sungai
a. Batang – Ranting
Cara memakainya untuk mengukur kedalaman/tinggi relative air sungai adalah :
- Ambil ranting yang cukup panjang.
- Masukan galah tersebut ke dalam sungai, usahakan galah tegak lurus terhadap permukaan sungai.
- Usahakan pengukuran dilakukan pada bagian tengah sungai
- Lakukan pengukuran di beberapa tempat.
Kegunaan :
1) Memperkirakan dalamnya sungai karena sungai bagian tengahnya lebih dalam dari bagian tepinya, maka pengukuran berbahaya dilakukan.
2) Memperkirakan tinggi relative (perbandingan tingi air sejam yang lalu, sejam berikutnya dengan saat ini – 3 data). Batang yang telah kita lihat apakah turun atau naik kecendrungan dari sungai ini.

b. Riam
Dengan memperhatikan bentuk riam, kita dapat menduga bagian sungai yang lebih dalam dibandingkan dengan yang lainnya.
- Gelombang tegak : adalah bagian sungai yang terdalam dan tercepat di bandingkan dengan bagian sungai di sekitarnya.
- Bagian luar kelokan sungai adalah bagian sungai yang lebih dalam
- Bagian ujung lancin dari lidah air (berbentuk V) adalah bagian yang lebih dalam dibandingkan dengan ujung dari lidah di atasnya
3. Menaksir Kecepatan Arus Sungai
a. cara 1
•Letakkan benda terapung di titik O (benda akan hanyut)
•Setelah sekitar 15 meter (titik A), mulailah berjalan mengikuti benda tadi sambil menghitung waktu. Sampai B
•Ukur jarak AB
•Kecepatan arus sungai = JarakAB/Waktu

b. Cara 2
•Letakkan benda terapaung di titik O.
•Sekitar 15 meter dari titik O (titik A), berjalanlah kira-kira 50 langkah sambil memperhatikan benda tadi (langkah biasa yang kecepatannya dapat diperkirakan).
•Setelah kita sampai di B, misalkan benda sampai di X.
•Ukurlah jarak AB dan AX
•kecepatan arus sungai = AX/AB (kecepatan langkah)
Catatan :
- benda terapung yang hanyut sedapat mungkin hanyut mendekati bagian tengah sungai (antara dua tepi sungai)
- sebenarnya kecepatan yang paling besar terjadi di tengah sungai (jika sungainya lurus) dan kecepatan paling kecil di pingggir sungai.

4. Menaksir Tinggi
a. Tinggi Pohon Dengan Tinggi Bayang-bayang
Caranya :
•Kita berdiri di samping pohon (A)
•Perhatikan ujung bayangan badan kita (B) dan ujung bayangan pohon (C). Ukur AB dan AC
•Tinggi pohon = AC/AB (tinggi badan kita)

b. Tinggi Tebing, Pohon, Dengan Dua Orang
Caranya :
•Pengamat mengambil posisi jongkok, sehingga ujung kepala temannya dan titik X (puncak pohon, tebing) berada pada satu garis lurus.
•Ukur AB dan AC
•t1 = tinggi jongkok pangamat (jarak mata ketanah)
•t2 = tinggi badan rekannya (bisa diganti tongkat atau lainnya)
•Tinggi, T = (t2-t1) + t1

5. Penaksiran Waktu
Dapat digunakan Naismith’s Rule (aturan Naismith). Cara tersebut merupakan cara klasik dalam memperkirakan waktu tempuh. Menurut aturan ini kecepatan rata-rata orang berjalan di medan horizontal adalah 5 km/jam dan setiap kecepatan 300 meter ditambah 0,5 jam. Untuk kecepatan turun digunakan rumus : setiap penurunan 300 m, waktu tempuhnya 5 km/ jam ditambah 10 menit.
Contoh :
Jika direncanakan perjalanan sejauh 10 km dengan pertambahan vertical 600 meter, waktu tempuh kita adalah :

Catatan : Perhitungan tersebut hanya berlaku pada medan tidak bersemak. Selain itu, waktu tempuh akan bevariasi bergantung pada hal-hal seperti : keadaan fisik, beban yang sdibawa, keadaan lintasan (berpasir, tanah keras, bersalju, dll), kondisi cuaca.
6. Penaksiran Jarak
Dalam operasi SAR sering kali kita harus memperkirakan jarak benda yang terlihat, misalnya benda tersebut milik survivor. Untuk itu, berikut terdapat tabel yang bisa membantu dalam memperkirakan jarak
Objek yang tampak dari ketinggian 150 meter :
- Cermin survival : 1,6 – 3,2 km
- Asap putih : 19, 2 km
- Cahaya senter (2 baterai), malam hari : 3,2 km
7. Penaksiran Cuaca
Seorang pendaki gunung harus dapat membaca tanda-tanda cuaca, terutama pada saat melakukan perjalanan. Tanda-tanda cuaca tersebut di antaranya :
•Merah pada waktu malam hari, berarti cuaca baik.
•Merah pada pagi hari, berarti akan turun hujan.
•Kuning pucat pada waktu matahari tenggelam, berarti akan turun hujan.
•Embun dan kabut pada pagi-pagi benar, berarti cuaca bagus.
•Kalau matahari terbit dari awan yang rendah, berarti cuaca baik.
•Kalau matahari terbit dari awan yang tinggi, berarti angin
•Dari bentuk-bentuk awan (lihat awan)
•Dari sikap binatang : laba-laba membuat sarang siang hari berarti cerah, kodok ribut berarti akan hujan, kambing mengembek rebut berarti cuaca buruk, dst
•Dari kiat-kiat penduduk sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar