Sabtu, 29 Desember 2012

Mountainerring bag. 2

Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat

1.Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya ketrampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar. Dengan latihan yang baik, otot-otot tangan dan kaki akan cukup kuat dan terlatih. Begitu pula dengan keseimbangan badan dan gerakan-gerakan, akan terlatih dengan sendirinya. Disamping itu kita dapat memperkirakan kemampuan kita dan memperhitungkan lintasan yang akan dilalui. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman. Tali, carabiner, sling, chock, dan piton tetap dipakai, tetapi hanya berfungsi sebagai pengaman bila jatuh.
Dalam pelaksanaannya, ia bergerak sambil memasang, jadi kalaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.

2.Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukannya degan segala risiko yang siap dihadapinya seorang diri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakuakan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau bentuk-bentuk pergerakan pada rute yang dilaluinya. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan atau pegangan. Sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Risiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar profesional yang akan melakukannya.

3.Artificial Climbing
Adalah pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku tebing, bor, stirrup, dan lain-lainnya. Peralatan tersebut harus dipergunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai, misalnya menghadapi medan yang blank (tanpa ada tonjolan atau tumpuan). Peralatan berfungsi sebagai pengaman dan juga untuk mendapatkan tunpuan, pendakian dilakuakan secara berkelompok, pembagian tugas jelas antara leader dan belayer. Peralatan dan metode yang digunakan dimulai dari yang paling sederhana dan tepat. Kemampuan untuk bergerak cepat dan aman bukan disebabkan oleh adanya peralatan yang supermodern, tetapi lebih pada penggunaan teknik yang baik.

Sistem Pendakian
1.Himalayan Style; Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang, sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama. Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya. Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah berhasil untuk seluruh tim.
2.Alpine Style; Sistem ini banyak dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bisa membuat fly camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).

B.Teknik Turun/Rappeling
Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang sepenuhnya bergantung pada peralatan. Prinsip rappeling adalah sebagai berikut :
1.Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.

Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling
1.Body Rappel; Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang bergesekan akan terasa panas.
2.Brakebar Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure 8). Pemakaiannya hampir sama, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
3.Sling Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang dianjurkan adalah jenis Italian Hitch.
4.Arm Rappel/Hesti; Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.
Dalam rappeling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1.Periksa dahulu anchornya.
2.Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3.Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4.Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
5.Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.
PERALATAN PENDAKIAN

1.Tali Pendakian
Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh. Mengingat fungsi yang begitu penting, tali haruslah kuat. Kekuatan tali ini tergantung dari diameter (ukuran tali) dan pabrik pembuatnya. Dianjurkan, jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader da belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10 – 11 mm, tetapi sekarang ada tali pendakian yang mempunyai kekuatan sama, yang berdiameter 9,8 mm. Untuk penggunaan double rope digunakan tali dengan diameter 8 – 9 mm. Ada dua macam tali pendakian, yaitu :
1.Static Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 2 – 5 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku. Umumnya berwarna putih atau hijau. Tali statik digunakan untuk rappeling.
2.Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5 – 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna menyolok (merah, jingga, ungu). Pada penggunaannya, digunakan oleh pendaki pertama (leader) sebagai pengaman dan dipasang di pengaman-pengaman yang telah dipasang (chock, piton, dan sebagianya) dengan bantuan carabiner dan sling.
Perawatan tali adalah dengan menggantungkan atau disimpan di tempat kering. Bila basah, dikeringkan dengan diangin-anginkan, jangan terkena sinar matahari secara langsung. Apabila kotor, tali ini dapat dicuci dengan cara menggosok atau menyikat dengan sikat halus. Jangan sampai merusak mantelnya. Tali kernmantel masih dapat dipakai dalam pendakian apabila mantel pada tali masih utuh, sehingga bagian dalam masih terlindungi.

Hal yang berkaitan dengan tali pada pendakian adalah simpul. Simpul-simpul yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut
•Mudah dibuat
•Cepat untuk dikuasai
•Aman (kuat) dan mudah untuk dibuka
Beberapa jenis simpul yang harus dikuasai :

2.Carabiner
Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D dan mempunyai gate yang berfungsi sebagai peniti. Dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan bervariasi sesuai dengan desain pabrik pembuatnya. Biasanya kekuatan suatu carabiner tercantum pada alat tersebut. Ada dua jenis carabiner, yaitu :
a. Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman)
b. Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada, sehingga jika pen suatu carabiner sudah longgar, sebaiknya jangan dipakai.


3.SlingSling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
•Sebagai penghubung
•Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
•Mengurangi gaya gesek/memperpanjang point
•Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.


4. Descender
Sebuah alat berbentuk angka delapan, terbuat dari alumunium alloy. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau untuk rappeling.

5. Ascender
Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk naik pada tali.

6. Harnes/Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
•Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
•Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
•Harnes ada yang dibuat dengan merangkai webbing atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.

7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
•Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-celah. Contohnya : EB, Dolomite.
•Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya Combat boot (sepatu tentara). Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Anchor adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada anchor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
•aNatural Anchor, bisa merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagianya.
•Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.


Peralatan-peralatan lain yang mendukung suatu pendakian


CLIMBING CALL (ABA-ABA PENDAKIAN)
Aba-aba pendakian digunakan agar ada kerja sama yang baik antara leader dengan belayer. Aba-aba pendakian meliputi :
•Climbing when you’re ready
•Climbing
•OK
•Take in
•Slack
•Rock
•Fall
PROSEDUR PENDAKIAN
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2.Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
3.Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk diambil/memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendirir dan pendaki berikutnya.
4.Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatuh. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
5.Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
6.Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang anchor.
7.Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar