Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
1.Free Climbing
Sesuai
dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik
adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan
adanya ketrampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti
prosedur yang benar. Dengan latihan yang baik, otot-otot tangan dan kaki
akan cukup kuat dan terlatih. Begitu pula dengan keseimbangan badan dan
gerakan-gerakan, akan terlatih dengan sendirinya. Disamping itu kita
dapat memperkirakan kemampuan kita dan memperhitungkan lintasan yang
akan dilalui. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai
pengaman. Tali, carabiner, sling, chock, dan piton tetap dipakai, tetapi
hanya berfungsi sebagai pengaman bila jatuh.
Dalam
pelaksanaannya, ia bergerak sambil memasang, jadi kalaupun tanpa
alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian.
Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
2.Free Soloing
Merupakan
bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukannya
degan segala risiko yang siap dihadapinya seorang diri. Dalam
pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakuakan
free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui
segala bentuk rintangan atau bentuk-bentuk pergerakan pada rute yang
dilaluinya. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala
gerakan, baik itu tumpuan atau pegangan. Sehingga biasanya orang akan
melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada
lintasan yang sama. Risiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal
sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar profesional yang
akan melakukannya.
3.Artificial Climbing
Adalah
pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti paku
tebing, bor, stirrup, dan lain-lainnya. Peralatan tersebut harus
dipergunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang
kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang
memadai, misalnya menghadapi medan yang blank (tanpa ada tonjolan atau
tumpuan). Peralatan berfungsi sebagai pengaman dan juga untuk
mendapatkan tunpuan, pendakian dilakuakan secara berkelompok, pembagian
tugas jelas antara leader dan belayer. Peralatan dan metode yang
digunakan dimulai dari yang paling sederhana dan tepat. Kemampuan untuk
bergerak cepat dan aman bukan disebabkan oleh adanya peralatan yang
supermodern, tetapi lebih pada penggunaan teknik yang baik.
Sistem Pendakian
1.Himalayan
Style; Sistem pendakian yang biasanya dengan rute yang panjang,
sehingga untuk mencapai sasaran (puncak) diperlukan waktu yang lama.
Sistem ini berkembang pada pendakian-pendakian ke Pegunungan Himalaya.
Pendakian tipe ini biasanya terdiri atas beberapa kelompok dan
tempat-tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Sehingga dengan
berhasilnya satu orang dari seluruh tim, berarti pendakian ini sudah
berhasil untuk seluruh tim.
2.Alpine Style; Sistem ini banyak
dikembangkan di pegunungan Eropa. Pendakian ini mempunyai tujuan bahwa
semua pendaki harus sampai di puncak dan baru pendakian dianggap
berhasil. Sistem pendakian ini umumnya lebih cepat karena para pendaki
tidak perlu lagi kembali ke base camp (bila kemalaman bisa membuat fly
camp baru, dan esoknya dilanjutkan kembali).
B.Teknik Turun/Rappeling
Teknik
ini digunakan untuk menuruni tebing. Dikategorikan sebagai teknik yang
sepenuhnya bergantung pada peralatan. Prinsip rappeling adalah sebagai
berikut :
1.Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
2.Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
3.Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan turun.
Macam-macam dan Variasi Teknik Rappeling
1.Body
Rappel; Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian
rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan
tali sehingga bagian badan yang bergesekan akan terasa panas.
2.Brakebar
Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali dan brakebar.
Modifikasi lain dari brakebar adalah descender (figure 8). Pemakaiannya
hampir sama, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.
3.Sling
Rappel; Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini
paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan
dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang dianjurkan adalah jenis Italian
Hitch.
4.Arm Rappel/Hesti; Menggunakan tali yang dibelitkan pada
kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing
yang tidak terlalu curam.
Dalam rappeling, usahakan posisi badan
selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan
mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan
antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :
1.Periksa dahulu anchornya.
2.Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.
3.Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah (ke tanah).
4.Usahakan
melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga
apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain
itu juga dapat melihat lintasan yang ada.
5.Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.
PERALATAN PENDAKIAN
1.Tali Pendakian
Fungsi
utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.
Mengingat fungsi yang begitu penting, tali haruslah kuat. Kekuatan tali
ini tergantung dari diameter (ukuran tali) dan pabrik pembuatnya.
Dianjurkan, jenis-jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji
oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan-peralatan
pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter,
yang memungkinkan leader da belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya
diameter tali yang dipakai adalah 10 – 11 mm, tetapi sekarang ada tali
pendakian yang mempunyai kekuatan sama, yang berdiameter 9,8 mm. Untuk
penggunaan double rope digunakan tali dengan diameter 8 – 9 mm. Ada dua
macam tali pendakian, yaitu :
1.Static Rope, tali pendakian yang
kelenturannya mencapai 2 – 5 % dari berat maksimum yang diberikan.
Sifatnya kaku. Umumnya berwarna putih atau hijau. Tali statik digunakan
untuk rappeling.
2.Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya
mencapai 5 – 15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur
dan fleksibel. Biasanya berwarna menyolok (merah, jingga, ungu). Pada
penggunaannya, digunakan oleh pendaki pertama (leader) sebagai pengaman
dan dipasang di pengaman-pengaman yang telah dipasang (chock, piton, dan
sebagianya) dengan bantuan carabiner dan sling.
Perawatan tali
adalah dengan menggantungkan atau disimpan di tempat kering. Bila basah,
dikeringkan dengan diangin-anginkan, jangan terkena sinar matahari
secara langsung. Apabila kotor, tali ini dapat dicuci dengan cara
menggosok atau menyikat dengan sikat halus. Jangan sampai merusak
mantelnya. Tali kernmantel masih dapat dipakai dalam pendakian apabila
mantel pada tali masih utuh, sehingga bagian dalam masih terlindungi.
Hal yang berkaitan dengan tali pada pendakian adalah simpul. Simpul-simpul yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut
•Mudah dibuat
•Cepat untuk dikuasai
•Aman (kuat) dan mudah untuk dibuka
Beberapa jenis simpul yang harus dikuasai :
2.Carabiner
Carabiner
adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D dan mempunyai
gate yang berfungsi sebagai peniti. Dibuat dari alumunium alloy dan
mempunyai kekuatan bervariasi sesuai dengan desain pabrik pembuatnya.
Biasanya kekuatan suatu carabiner tercantum pada alat tersebut. Ada dua
jenis carabiner, yaitu :
a. Carabiner Screw Gate (menggunakan kunci pengaman)
b. Carabiner Non Screw Gate (tanpa kunci pengaman)
Kekuatan carabiner terletak pada pen yang ada, sehingga jika pen suatu carabiner sudah longgar, sebaiknya jangan dipakai.
3.SlingSling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
•Sebagai penghubung
•Membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing
•Mengurangi gaya gesek/memperpanjang point
•Mengurangi gerakan (yang menambah beban) pada chock atau piton yang terpasang.
4. Descender
Sebuah
alat berbentuk angka delapan, terbuat dari alumunium alloy. Fungsinya
sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman.
Biasa digunakan untuk membelay atau untuk rappeling.
5. Ascender
Berbentuk
semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka
bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk naik pada tali.
6. Harnes/Tali Tubuh
Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harnes :
•Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
•Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
•Harnes ada yang dibuat dengan merangkai webbing atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.
7. Sepatu
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
•Sepatu
yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat.
Kelenturannya menolong untuk pijakan-pijakan di celah-celah. Contohnya :
EB, Dolomite.
•Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian
bawahnya. Misalnya Combat boot (sepatu tentara). Cocok digunakan pada
tebing yang banyak tonjolannya atau tangga-tangga kecil. Gaya tumpuan
dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.
8. Anchor (Jangkar)
Anchor
adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian
dimasukkan pada anchor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila
jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :
•aNatural Anchor, bisa merupakan pohon besar, lubang-lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagianya.
•Artificial
Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing
oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain-lain.
Peralatan-peralatan lain yang mendukung suatu pendakian
CLIMBING CALL (ABA-ABA PENDAKIAN)
Aba-aba pendakian digunakan agar ada kerja sama yang baik antara leader dengan belayer. Aba-aba pendakian meliputi :
•Climbing when you’re ready
•Climbing
•OK
•Take in
•Slack
•Rock
•Fall
PROSEDUR PENDAKIAN
Tahapan-tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.
2.Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
3.Untuk
leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa agar mudah untuk
diambil/memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah
membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendirir dan pendaki
berikutnya.
4.Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan
alat-alat (tali yang akan dipakai). Tugas belayer adalah membantu leader
dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatuh. Belayer harus
selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali,
jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.
5.Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba-aba pendakian.
6.Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch (tali habis), ia harus memasang anchor.
7.Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar